Sepakbola Makassar
  • Berita
  • Cerita
  • Analisis
  • Profil
  • Magz
  • PSM
    • Match Report
    • Profil Pemain
  • Donasi
  • Lainnya
    • Infografik
    • Matchday Programme
      • Musim 2019
      • Musim 2020
    • Podcast
    • On This Day
    • Klasik
  • Berita
  • Cerita
  • Analisis
  • Profil
  • Magz
  • PSM
    • Match Report
    • Profil Pemain
  • Donasi
  • Lainnya
    • Infografik
    • Matchday Programme
      • Musim 2019
      • Musim 2020
    • Podcast
    • On This Day
    • Klasik
No Result
View All Result
Sepakbola Makassar
Home Kultur

Sapardi, Erick Thohir, dan Cara Belajar Menjadi Tabah di Sepak Bola Indonesia

March 20, 2023
5 min read
0
336
SHARES
2.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Prolog: Sepak Bola Sarat Prasangka

Dalam salah satu puisinya yang termahsyur, mendiang penyair Sapardi Djoko Damono menyebut bahwa makhluk paling tabah dalam semesta puisinya yang tenang sekaligus resah adalah “hujan bulan Juni.” Puisi dan sepak bola adalah dua hal yang sama-sama indah –tergantung sudut pandangnya– dengan segala panca indera. Tapi, keduanya juga mengajarkan kesabaran, terutama jika pembaca menjadi penikmat bal-balan dalam negeri.

Musim ini layak masuk dalam daftar masa kelam, setelah 2015 akibat sanksi FIFA. Sepak bola nasional memang tak sampai jadi mati suri karena ketegasan induk segala induk. Meski begitu, 2022-23 jauh dari kata layak untuk dirayakan.

Tragedi Kanjuruhan menelanjangi betapa buruknya sepak bola Indonesia, meski embel-embel liga profesional selalu ditempelkan. Peristiwa tersebut adalah akumulasi dari banyak hal yang selama ini sudah sering terjadi dimanapun, tapi kita masih menutup mata.

Klub yang menganggap suporter hanya sebagai ladang uang, suporter yang terlanjur mengimani fanatisme taqlid buta, fasilitas stadion ala kadarnya dan mengabaikan safety, serta petugas keamanan tidak mendapat pelatihan dan pengetahuan memadai.

Sebelumnya, klub-klub ini sudah harus berjibaku dengan kualitas wasit lokal yang masih sarat tanda tanya. Tak heran, kinerja wasit yang sering melakukan keputusan kontroversial membuat suporter bisa menaruh curiga dengan tim lain. “Anak papa”, “Panitia FC” hingga “Cair Cair” adalah sedikit dari banyak komentar dan kredo penuh rasa prasangka.

Namun, ada satu kata kunci yang menjadi akar dari segala masalah di sepak bola Indonesia: pembiaran. Sempat “menghilang”, lalu muncul lagi.

Masalah Klasik: Infrastruktur

Saya masih ingat jelang Liga Super Indonesia (LSI) edisi pertama (2008-09). Banyak klub-klub yang mundur dengan alasan bermacam-macam. Finansial masih rapuh, stadion belum memenuhi standar, soal setumpuk persyaratan agar setiap klub menjadi Perseroan Terbatas, dan masih banyak lagi.

Besar harapan penikmat bal-balan saat itu bahwa LSI bisa menjadi loncatan untuk modernisasi serempak sepak bola. Tapi apa daya, momentumnya patah dengan berbagai masalah di balik pintu kantor PSSI. Satu dekade lebih berlalu sejak “profesionalitas” didengungkan dengan keyakinan, tapi ternyata sepak bola Indonesia masih sama saja. Pembiaran adalah benang merahnya, kadang-kadang ditegakkan dan kadang-kadang kelupaan.

Kita mengambil salah satu contoh pembiaran dari hal yang bisa disaksikan langsung. Kualitas lapangan sebagian stadion peserta Liga 1 ternyata masih memprihatinkan. Padahal, kemampuan resapan jadi salah satu persyaratan oleh PT Badan Liga Indonesia (BLI). Tapi ternyata toh satu dekade kemudian tetap tak ditegakkan dengan tegas. Mungkin pembaca masih ingat saat PSM harus “mengungsi” ke Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya pada musim 2015 lantaran Mattoanging tak lulus kriteria. Pahit memang, tapi itu adalah konsekuensi.

Masalah infrastruktur kembali mencuat pasca-Kanjuruhan. Stakeholder dan suporter kembali menyuarakan kenyamanan penonton langsung di tribun. Bagaimana bisa menciptakan pengalaman mendukung yang menyenangkan kalau ternyata suporter menjejali tribun dengan hanya menyisakan sedikit ruang untuk bergerak? Cerita-cerita penonton yang cuma melihat punggung orang sepanjang pertandingan sudah sering terdengar. Karenanya, kebijakan mengurangi kapasitas memang patut diapresiasi, meski pada akhirnya mengorbankan pemasukan klub. Bukankah menuju sepak bola berkualitas harus ada hal-hal yang dijalankan tanpa kompromi?

Sejauh Mana Aturan Finansial Ditegakkan?

Di sisi lain,masalah finansial juga menjadi titik lemah sepak bola Indonesia saat ini. Pada era modern, pemain bal-balan profesional adalah sebuah profesi, sama seperti pekerja kantoran atau penulis seperti Pak Sapardi. Honor adalah penghargaan atas jasa mereka saat bekerja. Tapi, honor mandek tetap terdengar di era sepak bola Indonesia yang serba “profesional.” Miris memang, sebab tentu saja operator kompetisi harus tahu seperti apa kemampuan finansial klub-klub yang mengikuti kompetisi. Ini demi menjaga tim dari potensi “main mata”, kualitas kompetisi, masalah hukum, performa jeblok, hingga ditinggal para pilar penting di tengah jalan.

“Hati yang riang datang dari saldo yang terisi,” istilah tersebut bukan sekadar pesan kosong. Butuh bukti? Persegres Gresik di musim 2017. Tunggakan gaji yang berlarut-larut berimbas pada performa mereka: jeblok ampun-ampunan. Mereka cuma menang 2 kali dari 34 pertandingan, kebobolan 104 gol dan terdegradasi ke Liga 2. Jika Persegres adalah tim yang berlaga di Italia, mereka akan langsung didegradasi sebelum musim dimulai lantaran profil finansial mereka dalam kondisi lampu merah.

Finansial bukan sebuah hal yang patut dikompromikan. Menunggak gaji pemain, staf pelatih dan ofisial tak layak disebut sebagai sebuah kewajaran, sebab menyerempet eksploitasi. Klub pun harus mengukur baik-baik kemampuan finansialnya, tak belanja jor-joran dan memaksimalkan potensi pemain akademi bisa ditempuh, seperti Persebaya Surabaya dan PSM Makassar musim ini.

Epilog: Harapan yang Tumbuh di Era Baru

Berkaca dari kasus-kasus di atas, pelaku dan suporter sepak bola Indonesia layak disebut sebagai manusia-manusia paling tabah. Tapi, kesabaran tentu saja ada batasnya. Ada harapan yang kini berada di pundak Ketua Umum PSSI baru, Erick Thohir. Tak muluk-muluk, yakni menegakkan peraturan dengan tegas.

Kita bisa berkaca pada Kamboja yang mendegradasi empat klub dari kasta teratas sebab tidak memenuhi kriteria. Alih-alih protes, mereka justru berterima kasih lantaran jadi punya banyak waktu untuk berbenah, dan terhindar dari penampilan “malu-maluin” karena liga kejar tayang. Perbaikan besar-besaran langsung terlihat, mendongkrak kualitas kompetisi dan kemampuan klub. Masih segar dalam ingatan saat Visakha FC melumat juara back-to-back Bali United dengan skor telak 5-2 pada fase grup AFC Cup 2022 silam. Strategi Stefano Cugurra begitu mudah patah, citra menakutkan Bali United menguap seketika di hadapan klub sepak bola negara yang pernah berkubang isu suap dan pengaturan skor.

Ketegasan seperti inilah yang dibutuhkan oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) sekarang. Besar harapan agar mereka dan Pak Erick tak lagi meminta liga untuk kejar tayang kemudian melakukan pembiaran-pembiaran atas alasan “ya daripada gak ada kompetisi.” Sekali lagi, ada hal-hal yang harus dikorbankan demi meningkatkan kualitas, sebuah hal yang sudah sering dikeluhkan.

Bukankah salah satu tugas suporter adalah mendorong perubahan? Tanpa perubahan dan peningkatan kualitas, maka ternyata kita semua adalah orang-orang yang senang tenggelam dalam euforia palsu. Dan Pak Sapardi, di atas sana, mungkin semakin yakin bahwa kita semua memang lebih tabah dari “hujan bulan Juni” dan ingin mengambil pena dan secarik kertas untuk menulis puisi baru.

Ngomong-ngomong, format final four musim depan itu untuk kualitas kompetisi atau kepentingan komersial?

Tags: Erick ThohirLiga Indonesia BaruPSSI
Achmad Hidayat Alsair

Achmad Hidayat Alsair

Penulis saat ini bekerja sebagai kontributor untuk salah satu situs berita daring. Mantan mahasiswa paling lama yang lulus injury time.

Related Posts

Catatan Singkat Tentang PSM Makassar di 2022/2023   

Catatan Singkat Tentang PSM Makassar di 2022/2023   

May 6, 2023
Difficult Times Create Strong Men: Perjalanan magis PSM di musim 2022/2023.

Difficult Times Create Strong Men: Perjalanan magis PSM di musim 2022/2023.

April 11, 2023
Next Post
Magis ‘Mantra Stay Humble’ Bernardo Tavares

Magis ‘Mantra Stay Humble’ Bernardo Tavares

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

Terpopuler

  • Menghidmati Seorang Tavares

    Menghidmati Seorang Tavares

    487 shares
    Share 195 Tweet 122
  • La Pausa itu Bernama Pluim

    486 shares
    Share 194 Tweet 122
  • Matchday Programme: PSM VS Borneo FC

    451 shares
    Share 180 Tweet 113
  • Akbar Tanjung: Si Penguasa Hajat Hidup Orang Banyak

    441 shares
    Share 176 Tweet 110
  • Moneyball dan Kepingan Nasib

    417 shares
    Share 167 Tweet 104

Instagram

  •  TERBARU  August on Diary  Catatan 5 pertandingan Liga1 dan kualifikasi AFC  psm makassar selama bulan Agustus  Cekidot    ewakopsm   psmmakassar   pagolonet
  • Prematch Review Gameweek-10   psm makassar vs Persis Solo   Duel dua tim inkonsisten    psmday   ewakopsm   pagolonet
  • Yance or yakob  which one     Pagolo   psmmakassar   ligaindonesia   liga1   Makassar   Ewako
  • Prematch review Gameweek-8  Bali United vs  psm makassar    psmday   ewakopsm   pagolonet
  • Edisi pemain lawas PSM   Pagolo   psmmakassar    ligaindonesia   liga1    Makassar   Ewako
  • Prematch review Gameweek-7  Persita Tangerang vs  psm makassar    psmday   ewakopsm   pagolonet
  • Rating pemain PSM berdasar foto by ciwi-ciwi   Pagolo   psmmakassar    liga1   ligaindonesia    Makassar   Ewako
  • Sudahi ratapan kekalahan  sini saya kasih ki pertanyaan  siapakah pemain terbaik PSM sepanjang masa     Pagolo   psmmakassar   Makassar   liga12023   Ewako
  • Prematch review Gameweek-6   psm makassar  vs Persik Kediri   Bermain di hadapan dukungan suporternya Tim Ayam Jantan Dari Timur jelas menjadi favorit untuk memenangkan laga karena dimusim lalu berhasil mencatatkan satu kemenangan dan satu hasil imbang saat bersua Tim Macan Putih  Selain itu  tim tamu dipastikan akan bermain tapa beberapa pemain pentingnya      psmday   ewakopsm   pagolonet
Sepakbola Makassar

Pagolo adalah sebuah portal yang berkonsentrasi terhadap sepakbola lokal Sulawesi Selatan. Pembinaan dan tentunya suara suporter. Email: redaksi.pagolo@gmail.com

© 2020 Pagolo - Sepakbola Makassar

No Result
View All Result
  • Berita
  • Cerita
  • Analisis
  • Profil
  • Magz
  • PSM
    • Match Report
    • Profil Pemain
  • Donasi
  • Lainnya
    • Infografik
    • Matchday Programme
      • Musim 2019
      • Musim 2020
    • Podcast
    • On This Day
    • Klasik

© 2020 Pagolo - Sepakbola Makassar