Bruno Dybal (Persiraja)
Baru datang di putaran ke dua, Bruno Dybal tidak mampu menyelematkan Persiraja Banda Aceh dari jerat degradasi. Gelandang serang asal Brazil yang diproyeksikan menggantikan Vanja Marcovic ini tidak kuasa mengangkat performa tim yang sedari awal liga memang terasa kurang darah. Namun kehadirannya sedikit banyak memberi pengaruh terhadap permainan Laskar Rencong. Kemampuan eksekusi bola matinya patut menjadi perhatian. Sudah dua gol yang dia jaringkan melalui keahliannya tersebut, semenjak jadi rekrutan anyar di putaran ke dua. Bruno sebenarnya bukan sosok baru di tim yang punya slogan Lantak Laju ini, pasalnya di musim 2019 yang terhenti karena pandemi lalu, Bruno menjadi salah satu pemain asing yang ada dalam skuad Persiraja.
Rasyid Bakri (PSM Makassar)
Rasyid Assyahid Bakri bukanlah nama asing bagi para pecinta PSM Makassar. Aci sapaan akrabnya sudah berada di klub kebanggan masyarakat Makassar ini lebih dari satu dekade lalu. Dia memulai debutnya bersama Juku Eja di tahun 2011, di usianya yang masih 20 tahun kala itu. Pria Gowa yang lahir 17 Januari 1991 ini pantas jika menyemat julukan “one man one club”, karena sedari memulai karir profesionalnya, Rasyid tak pernah berpindah dari Makassar. Di musim yang berat ini, Rasyid beberapa kali memperlihatkan inkonsistensi permainannya. Banyak yang mempertanyakan ini, ada apa dengan Rasyid? Apakah dia sudah habis? Pasca cedera beberapa musim yang lalu,performa apik Aci memang seakan belum kembali. Namun kedatangan Joop Gall di putaran ke dua yang memberinya banyak kesempatan, membuat sentuhannya yang dulu sering kita lihat perlahan kembali. Belum impresif memang namun perannya di lini tengah bersama Arfan dan Pluim menjadi sangat krusial di sisa laga yang akan menentukan nasib PSM di liga. Bertahan atau tenggelam Rasyid?