Jika anda seorang pria, coba jawab pertanyaan ini. Seberapa sering anda memotong rambut? 2 minggu? 1 bulan? 3 bulan? Atau ada yang cukuran cuma tiap sebelum lebaran? Tentu jawabannya beda-beda. Tapi ada satu hal yang pasti, rambut tidak hanya mahkota bagi wanita, namun juga bagi pria. Tidak percaya? Tanya saja ke Maitimo. Frekuensi rambutnya ketemu mesin cukur bisa dibilang cukup tinggi. Barbershop langganannya di Malang mengaku jadi laku pesat sekarang. Kepercayaan diri adalah bekal penting untuk meraih kesuksesan, dan pedoman itu bisa kita lihat pada sosok Maitimo di lapangan. Gaya rambut yang berubah-ubah mengikuti tren menunjukkan betapa stylish-nya gelandang timnas kita ini. Tapi apakah cuma perihal gaya rambut ia berubah-ubah?
Raphael Maitimo saat merawat rambut di salah satu barbershop di Malang (via: Juara(dot)net)
Banyak yang tidak menyangka keputusan Raphael Maitimo meninggalkan PSM di tengah-tengah persiapan dan pematangan tim menuju kompetisi Liga 1. Ada yang kecewa, tidak sedikit yang menghardik di media sosial. Sebagai pemain profesional yang pernah merumput di Liga Belanda dan telah lama menjadi bagian Tim Nasional Indonesia, aksi yang dilakukannya tentu tidak mencerminkan itu semua. Spekulan-spekulan kemudian bermunculan, tapi mengerucut ke satu simpul: dia enggan bersaing untuk satu pos di lini tengah PSM.работни обувки fw34 steelite lusum s1p 38
normamascellani.it
covorase man
bayern münchen spieler
karl sneakers
addobbi fai da te matrimonio
prestonstadler.com
spoločenské šaty pre moletky
fingateau.com
lifeonthevineministries.com
Kisah kemudian sudah tertulis, ia akhirnya berlabuh bersama Persib Bandung. Jika memang benar Rapha takut bersaing di PSM, kemudian banyak yang mempertanyakan keputusan selanjutnya: bergabung bersama tim biru maung. Persib baru saja membuat langkah raksasa yang juga menjadi batu loncatan bagi persepakbolaan kita. Yap, manajemen mereka ”menghadiahkan” Michael Essien di hari ulang tahun klub. Dengan lini tengah yang sudah terkategori solid sejak kompetisi ISC, ditambah pemain sekelas Essien, Maitimo yang mencari menit bermain lebih banyak tentu menemui persaingan lebih ketat.
Kita tidak akan berbicara lebih jauh mengenai Maitimo. Mari kembali ke spekulasi pertama, memangnya seberapa ketat persaingan di lini tengah PSM? Sehingga membuat seorang Maitimo yang kini tampil kece dengan rambut blonde-nya lebih memilih bersaing dengan Michael Essien ketimbang Wiljan Pluim?
Di tengah sesi launching logo dan jersey baru dari tim PSM Makassar April lalu, CEO Munafri Arifuddin menargetkan untuk mengembalikan masa kejayaan PSM. Ambisi itu ia tunjukkan dengan siap mem-back up penuh pelatih Robert Rene Alberts dalam memilih komposisi tim. Salah satu sektor yang disasar untuk diperkuat ialah lini tengah. Pemain Persiba Balikpapan yang juga anak dari Bahar Muharram, Asnawi Mangkualam diangkut demi mengakomodir kebijakan penggunaan pemain U-23. Kehadiran Asnawi menambah panjang daftar pemain nasional yang memperkuat lini tengah PSM, yakni Rasyid, Pellu, dan legenda hidup Syamsul Haeruddin. Belum lagi kita menyebut Wiljan Pluim. Akan tetapi Robert masih belum puas dengan komposisi itu. Selepas Maitimo pergi, ia bergerak cepat mencari penggantinya. Dan tepat sebelum Liga 1 bergulir, Marc Anthony Klok resmi menjadi bagian dari Pasukan Ramang.
Kompetisi di lini tengah kian menarik mengingat Robert hanya menggunakan 3 pemain di sektor ini. Satu nama sudah hampir pasti menjadi milik gelandang super kreatif Wiljan Pluim, sementara sisa 2 pos lainnya akan diperebutkan setidaknya oleh 6 pemain; Pellu, Asnawi, Klok, Rasyid, Syamsul, dan Arfan. Rasyid yang baru saja menjalani operasi pasca cedera bisa kita singkirkan untuk sementara. Kebijakan penggunaan pemain U-23 juga menjadi poin pertimbangan pelatih dalam memilih tim. Sehubungan dengan hal itu, satu hal yang mungkin tidak diantisipasi adalah coach Robert memilih sektor lini tengahnya untuk dijadikan ladang eksperimen. Dari hasil eksperimen tersebut, 2 nama kemudian mencuat ke permukaan, yakni Asnawi Mangkualam dan M. Arfan.
Arfan dan Asnawai saat berada di bandara Soekarno Hatta (via: Instagram @marfan15)
Sebelum kompetisi bergulir, tidak ada yang menyangka perebutan pos di tengah akan menjadi milik 2 pemain muda diatas. Arfan dan Asnawi berhasil mencuri perhatian dengan tampil prima setiap kali diberi kepercayaan untuk bermain. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mendapatkan hati sang meneer dan tentu saja para pencinta PSM Makassar. Penampilan mereka yang memukau, membuat Pellu dan Syamsul sejauh ini harus menunggu giliran dari bench. Walau keduanya belum mencatatkan gol dan asis, mereka memiliki visi bermain yang baik, ditambah kemampuan menyerang dan bertahan sama baik. Mereka pula yang menjadi katalisator di dalam setiap transisi permainan anak-anak PSM Makassar. Nama lain yang menonjol adalah pemain asing muda yang belakangan menjadi buah bibir berkat penampilan impresifnya, Marc Klok. Memiliki akurasi umpan yang sangat baik serta stamina yang mumpuni, ia menjelma menjadi deep-lying midfielder yang juga mampu bergerak box to box sama baiknya, 2 peran yang tentu tidak mudah.
Apa yang kemudian tercipta di lini tengah PSM adalah keseimbangan, dan itu sejalan dengan mindset total football Robert Rene Alberts. Ia menjadi variatif dalam memilih komposisi tim dan harus menikmati kebingungannya; bagaimana memainkan Klok, Arfan, Asnawi, dan Pluim di waktu yang bersamaan. Tidak setiap saat Arfan dan Asnawi main bersamaan, Pluim pun tidak statis berada di belakang striker, supply bola dan pergerakannya kini juga banyak dari posisi sayap. Semuanya berkesusaian dengan kebutuhan tim dan pembacaan lawan yang dihadapi. Sementara di bench masih ada gelintir pemain-pemain top yang bisa diandalkan jika ada yang berhalangan main.
Hingga pekan ke-9 Liga 1, PSM masih berada di puncak klasemen dengan raihan 20 poin, dimana angka-angka itu didapatkan pasca kemenangan menghadapi tim-tim kuat seperti Arema, Sriwijaya FC, dan Persipura Jayapura. Satu tren yang positif dan perlu terus dijaga.
Mari balik ke Maitimo. Ia bersama panji Persib Bandung hingga pekan yang sama masih harus berkutat di posisi 11, membuat kursi Pelatih Djanur tergoyang keras. Tidak sedikit penggemar PSM Makassar yang mengaku lega Maitimo menolak PSM Makassar di awal. Namun yang patut diingat adalah, bagaimanapun Maitimo pernah bermain untuk tim Juku Eja dan dia yang sempat ikut latihan bersama PSM, bisa saja telah melihat talenta-talenta muda yang dimiliki PSM khususnya di lini tengah sebagai ancaman bagi dirinya.
Asumsinya, bukan Pluim yang buat ia keder, akan tetapi, bisa saja dia malu bila harus dicadangkan oleh pemain-pemain sekelas Arfan atau Asnawi. Siapa tahu?
Atau asumsi terakhir,
Mungkin barbershop di Makassar tidak ada yang cocok dengannya