Usai menang 2-0 melawan Perseru Serui dalam laga uji tanding pada Senin, 27 Maret lalu sebagai persiapan skuat PSM mengarungi kompetisi Gojek Traveloka Liga 1. Sabtu, 1 April, giliran Barito Putra menyambagi Stadion Andi Mattalatta.
Jackson F Tiago, pelatih Barito yang semasa aktif bermain di dekade 90-an pernah menjadi tumpuan PSM di lini depan. Mampu menyuntikkan semangat ke anak asuhnya dan menyudahi pertandingan dengan skor 2-2.
Di babak pertama, PSM unggul 1-0 hingga usai berkat penyelesaian Reinaldo ketika pertandingan berjalan 2 menit. Gol cepat itu memantik riuh suporter di tribun stadion dan menambah kepercayaan Juku Eja, julukan PSM.
Roberts, pelatih PSM yang gemar menguji kemampuan pemain kembali melakukannya. Kali ini Ferdinand Sinaga yang selama ini bermain di sayap dipasang di belakang penyerang. Kehadirannya selaku second striker berjalan baik di babak pertama dengan umpan berujung gol kepada Reinaldo.
Kehadiran Ferdinand di posisi barunya itu memaksa bek Barito keluar dari sarangnya dan memudahkan Reinaldo menerima operan mendatar. Kompaksi lini pertahanan Barito memang dibuat buyar agresifitas penyerang bayangan.
Usai turun minum. Skuat Barito tampil lebih disiplin dan meningkatkan daya permainan. Dikutip dari Tribun Timur edisi Minggu, 2 April, Jackson mengungkapkan kalau babak pertama merupakan pelajaran dan strategi baru diinstruksikan ke pemain agar meraih hasil terbaik.
Hasilnya, Barito Putra mengubah skor menjadi 2-1 hingga menit ke-74. Gol penyeimbang dilesakkan Nazarul Fahmi di menit-58 dan tujuh menit berselang giliran Tiago Cunha menggandakan keunggulan Barito.
Utak-atik formasi yang diterapkan Roberts memainkan Pluim sebagai gelandang bertahan bertandem degan M. Arfan. Formasi 1-4-2-3-1 di awal permainan berjalan baik. Permutasi yang dilakukan Robert yang berdarah Belanda bukan merujuk pada gaya Total Footbal melainkan berusaha memaksimalkan potensi pemain berdasar regulasi Liga 1 yang mengharuskan adanya 3 pemain U-23 yang bermain dalam pertandingan minimal 45 menit.
Itulah mengapa pemain muda PSM, Ridwan Tawainella, Reva Adi Utama, dan M. Arfan dimainkan. Merujuk pada pada uji tanding sebelumnya menghadapi Serui, Arfan yang dipasang gelandang bertahan seorang diri kewalahan menjaga areanya. Hanya saja, penunjukkan Pluim sebagai tandem nampaknya perlu dikaji ulang. Karakter Pluim sebagai kreator yang sudah menjadi ciri khasnya tentu berdampak pada miskinnya imajinasi serangan.
Kronologis terjadinya gol balasan Barito tidak bisa dilepaskan dari skema ini. Adanya ruang kosong di sepertiga area pertahanan PSM dimanfaatkan dengan baik oleh penyerang Barito. Ada jarak yang begitu panjang antara kiper dan bek yang naik melapisi area gelandang bertahan jika membangun serangan.
Pernyataan Robert ke media yang menyalahkan bek karena mudah dilewati adalah buah dari skema yang diterapkan. Bagi saya, ini pelajaran yang perlu dipahami sang pelatih jika nantinya berlaga di kompetisi. Jika kita melihat skema tim di sejumlah liga di Eropa, posisi vital itu ada pada gelandang bertahan. Sepuluh tahun terakhir, Sergio Busquets tak tergantikan di Barcelona, Mascherano bahkan harus mengalah menjadi bek tengah.
Sebagai perbandingan lainnya, bisa mengacu ke Mancester City, Fernandinho yang menempati posisi krusial itu mengakibatkan City kewalahan bersaing di Primer League karena pada dasarnya naluri menyerangnya lebih tinggi ketimbang menjadi penyeimbang. Hal inilah menurut saya, Pluim tak layak dipaksa bermain di sana. Justru lebih elegan jika Rizky Pellu ditingkatkan jam bermainnya pada uji coba terakhir melawan Persipura yang rencananya digelar pada Rabu, 5 April.
Umpan terobosan bek Barito, Valentino Telaubun yang menghasilkan gol kedua menjadi bukti hilangnya intersep gelandang bertahan. Cunha yang menerima umpan mudah saja memperdaya bek dan kiper yang mencoba juga berlari meninggalkan areanya guna menghalau bola. Bagaimana mungkin skema serangan balik macam ini mengelabui gelandang bertahan.
Pergerakan pemain lincah Barito, Rizky Pora yang berhasil melepaskan diri dari kawalan di sisi kanan pertahanan PSM menjadi bukti yang lain dari tidak maksimalnya kerja gelandang penyeimbang. Rizky Pora bahkan mampu mengantar bola ke garis pertahanan sebelum melepas umpan jitu ke Nazarul yang melahirkan gol untuk menyamakan kedudukan.
Mengacu pada penampilan winger M Rahmat pada laga sebelumnya melawan Serui tentu menjadi pertimbangan skema permainan ke depan. Rahmat memiliki andil kuat menyokong pergerakan Reinaldo. Dari dua uji coba, ia memberikan operan berujung gol.
Umpan crossing mengenai tangan bek Barito, Ambrizal adalah upayanya memanjakan Reinaldo. Beruntung, penyerang asal Brasil itu mampu menyelesaikan tugasnya di titik putih yang mengubah skor menjadi 2-2.
pict via rakyatku.com