Malam itu, entah kapan, di Stadion Andi Matalatta, penuh manusia dan riuh membahana. Nyanyian, yel-yel, entakan kaki ribuan orang berbaju merah, dan tepukan tangan, tak bisa lagi dibedakan.
Tunggu, aku salah satu orang yang membedakannya. Mengapa? Karena saya fokus menonton pertandingan PSM melawan Mitra Kukar dengan pelbagai variabelnya, seperti menyimak strategi skuat Juku Eja sepeninggal Alfred Riedl; menganalisis permainan kedua tim.
Saya sadar, saya bukan pendukung keduanya, saya adalah peliput pertandingan saat itu.
Tetapi selama berada di bawah naungan merahnya Pasukan Ramang, saya baru tahu ada beberapa kelas penonton Pasukan Ramang.
Yang paling mencolok adalah mereka yang senang dengan keriuhan dan mau bereuforia di setiap pertandingan, kalah ataupun menang.
Bagaimana tidak, coba Anda bayangkan, ada dirigen pendukung PSM yang hanya sesekali berbalik ke lapangan karena harus mengendalikan keriangan.
Alangkah! Pekerjaan mereka begitu sulit. Dan di paragraf sebelumnya, beberapa kata sengaja kusisipi untuk mereka.
Maafkan, saya terlalu bertele-tele. Ya, saat itu saya menonton di vip utama. Tempat khusus beberapa buruh ketik menyimak pertandingan PSM dalam skala besar dan resmi.
Mengapa cuman beberapa? Karena kursi-kursi yang disiapkan untuk kami kadang diambil orang lain yang entah siapa. Manajemen PSM memang belum dewasa seperti kita yang kritis.
Anda marah karena kusebut merebut kursi yang disiapkan untuk juru tulis? Saya malah tidak, lo! Menonton bola itu tak harus mewah, menurutku. Mau di tribun terbuka, tertutup, di teve, dan di mana saja, esensinya hanya satu: mendukung!
Kembali ke pembahasan soal pertandingan. Saat itu PSM bermain cukup apik. Kerja sama lini per lini sangat baik. Rasyid tampil jadi dirinya dan tidak jadi Syamsul. Sama sekali tidak.
Aku suka liukan dan kontrol bolanya yang begitu tenang–itu yang tidak dimiliki Syamsul. Selebihnya, Rasyid adalah Daeng Sila yang dikloning di dalam lapangan.
Tiba saatnya yang saya tidak kira. Permainan kedua tim menjurus kasar. Keputusan wasit begitu kontroversial dalam pertandingan: Pelanggaran dianggap hakim garis adalah hal biasa yang tak mestilah dirinya angkat bendera, dan masih banyak lagi.
Pemain Mitra Kukar yang mengulur waktu lebih menguras emosi saya. Ia sudah merobek jala gawang PSM entah berapa kali saat itu. Benar-benar, itu kali pertama saya begitu emosional menonton bola. Seriuska!
Peluit panjang lalu ditiup. Pertandingan kali itu jadi tak seperti biasanya. Lemparan demi lemparan, dilakukan oknum pendukung PSM.
Hal yang wajar menurutku, sebab palagan dalam lapangan hijau begitu memuakkan. Sangat memuakkan. Semuanya dipicu oleh drama yang entah dipelajari dari televisi mana.
Sumirlan dan Ramli Manong keluar dari bench. Ia memohon pada aparat dan pendukung untuk berhenti saling serang. Mereka orang berani. Mereka terdepan dalam bertanggung jawab. Meski, kadang kita mencibir mereka.
Lain halnya dengan ofisial Mitra Kukar, mereka memilih masuk ke dalam barikade dan barakuda aparat. Keadaan genting, hari itu benar-benar sudah jadi malapetaka.
Saya kebingungan, hilang arah. Naskah ketikan tak kulanjutkan. Seketika, ada sesuatu dalam dadaku yang menyodok-sodok dari dalam. Sangat keras.
Perasaan itu entah apa. Tiba-tiba, Ramli berteriak dan menyuruh aparat untuk menghentikan pertikaiannya dengan pendukung. Ia menangis. Mimik wajahnya muram. Tak pernah saya lihat ia begitu.
Air mata saya juga jatuh. Wajah saya merah padam. Saya diam sejenak, menghela napas.
Di tengah lapangan, kuminta aparat untuk menghentikan tembakannya. Saya memekikkan kalau semua ini tak perlu terjadi. Jelasnya, setelah saya banyak diam, lalu kata itu terlontar.
Dalam keadaan genting itu, kutemukan seseorang yang lari bersembunyi, yang berani menentang siapa saja, yang melindungi temannya dan masih banyak lagi. Semua itu adalah ekspresi cinta. Sikap-sikap yang harus dimafhumi.
Terakhir, tolong, jangan tanyai soal siapa yang menang dan kalah, juga mengapa tulisan ini begitu rumit untuk dibaca sudut pandangnya. Saya kalut dan sudah tak peduli. Saya benar-benar jatuh cinta tanpa harus melihat papan skor PSM lagi.