Beberapa hari belakangan turnamen Habibie Cup menjadi pemberitaan terheboh dibeberapa media cetak dan online di Sulawesi Selatan. Seiingat saya, sepanjang turnamen ini berdiri, baru sekarang Habibie Cup menyedot pemberitaan dan pembicaraan yang cukup ramai. Kalau ada yang pantas ditunjuk sebagai biang keladi dari keramaian tersebut, mungkin itu adalah pembicaraan tentang padatnya aktifitas perekrutan pemain-pemain pro oleh peserta turnamen yang namanya merujuk pada presiden ketiga Republik Indonesia ini. Dari sekian banyak klub yang merekrut pemain pro, perhatian saya tertuju pada Sidrap United. Nama klub ini sebenarnya pun agak asing bagi pencinta sepakbola di Sulawesi Selatan, maklum karena ini pertama kalinya mereka memakai nama itu. Di turnamen Habibie Cup yang terdahulu, klub ini memakai nama Persidrap Sidrap(Sidenreng Rappang) dan baru menjelang Habibie Cup kali ini berganti nama menjadi Sidrap United. Sebelum jauh ke pembahasan, saya disini tidak akan membahas lebih jauh dan detail tentang kiprah Sidrap United di Habibie Cup yang sebentar lagi dihelat di Kota Pare-Pare, saya melihat ada hal yang lebih menarik dari itu, ialah perspektif tentang masa depan klub ini.
Menarik melihat bagaimana aktifitas perekrutan pemain dan masa depan klub ini, dengan modal finansial yang cukup mumpuni yang sekarang dimiliki dan upaya-upaya pengelolaan yang maksimal, impian melihat klub dari Sulawesi Selatan untuk menemani PSM Makasssar di level tertinggi sepakbola Indonesia bukan hal yang mustahil. Perekrutan pemain besar-besaran yang sebenarnya hanya untuk turnamen yang hadiahnya tidak lebih dari 200 juta itu membuktikan bahwa kekuatan finansial klub ini tidak bisa dianggap sebelah mata. Adalah Rusdi Masse, bupati Kabupaten Sidenreng Rappang yang telah menjabat di periode keduanya itu sangat total membangun tim impian. Nama-nama beken seperti Boaz Salossa (Persipura Jayapura), Makan Konate (Persib Bandung), Firman Utina (Persib Bandung), Ponaryo Astaman (Pusamania Borneo FC), Agung Prasetyo(PSM Makassar), Otavio Dutra(Bonek FC), Abdulrahman(Persib Bandung), Markus Horison(pernah bermain di PSM Makassar), Victor Pae(Pusamania Borneo FC), Terens Puhiri(Sidrap United) berhasil didatangkan ke klub berjuluk Laskar Ganggawa itu. Berhasil didatangkannya pemain-pemain itu mungkin bisa dibilang lebih mudah karena terhentinya kompetisi pasca pembekuan PSSI sehingga klub mudah mencari pemain, tapi tetap saja dengan mendatangkan pemain-pemain tersebut butuh kekuatan finansial yang lebih. Sebuah klub lain yang ikut berpartisipasi di Habibie Cup kali ini misalnya, gagal mendatangkan 2 pemain Persija jakarta yakni Andritany Ardiyasa dan Ramdani Lestaluhu karena tidak sanggup memenuhi harga kontrak yang ditawarkan. Tapi tidak dengan Sidrap United, semua pemain yang mereka incar berhasil didapatkan.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Sulawesi Selatan, tentunya tidak salah jika punya harapan bisa melihat laga derby yang mempertemukan klub-klub asal Sulawesi Selatan di level tertinggi sepakbola nasional. Beberapa tahun yang lalu impian itu hampir saja terwujud andai Persim Maros berhasil promosi ke level teratas namun gagal didetik-detik terakhir dan akhirnya lama kelamaan Persim bak hilang ditelan bumi bahkan namanya pun sudah tidak terdengar lagi. Saudara-saudara kita di utara Sulawesi pernah “memenuhi” level tertinggi sepakbola nasional dengan banyaknya klub-klub dari daerah tersebut seperti Persma Manado, Persmin Minahasa, dan Persibom Bolaang Mangondow. Rasa iri tersebut memunculkan harapan bahwa kita di Sulawesi Selatan juga harusnya bisa seperti itu, dan disaat yang tepat Sidrap United membawa asa. Jika sebelumnya Sidrap United hanya “hidup” ketika ada turnamen-turnamen berskala kecil, maka kedepannya klub ini bisa lebih dari itu. Level kompetisi sepakbola di Indonesia saat ini telah berubah, jika dulu urutannya adalah Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama, Divisi Satu, Divisi Dua dan Divisi Tiga, maka sekarang susunannya setelah perubahan adalah ISL, Divisi Utama dan Liga Nusantara. ISL dan Divisi Utama digolongkan sebagai kompetisi pro dan Liga Nusantara digolongkan sebagai kompetisi amatir. Dengan semakin pendeknya “jarak” antara kompetisi level teratas dengan level terbawah, peluang untuk menjadi salah satu partsipan dilevel teratas menjadi terbuka lebar.
Asa membawa klub ini ke level tertinggi sepakbola Indonesia bisa dimulai dengan membentuk badan hukum, apakah itu badan hukum seperti Perseroan Terbatas(PT) yang banyak diadopsi klub-klub yang sudah punya nama di negeri ini, atau badan hukum Koperasi seperti yang dianut Real Madrid & Barcelona. Jika badan hukum sudah jelas maka pondasi awal klub ini sudah pada jalurnya. Memilih orang-orang yang duduk di dalam jajaran badan hukum yang nantinya akan menunjuk manajemen untuk mengelola klub ini juga tak kalah pentingnya. Tapi dengan kepiawaian Rusdi Masse selaku pemilik Sidrap United, pengusaha sekaligus bupati Kabupaten Sidrap, saya rasa memilih orang yang punya kapasitas dan kapabilitas bukan hal yang sulit. Apalagi dengan kekuatan dan relasi bisnis Rusdi Masse, saya yakin klub ini mempunyai daya tarik untuk dilirik sponsor. Kedekatan antara pengusaha dengan pemilik klub bisa jadi magnet tersendiri masuknya sponsor.
Hal lain yang tak kalah penting yang harus dilakukan klub ini adalah mempunyai stadion yang sesuai standar, kita tahu bahwa stadion sering kali menjadi masalah pelik di Indonesia. PSM Makassar saja, yang sudah lama eksis di level teratas sepakbola negeri ini dan berada di pusat pemerintahan Sulawesi Selatan seperti Makassar, masih kerap dihantui masalah stadion. Stadion terbaik di Sulawesi Selatan seperti Andi Mattalatta Mattoanging pun masih kerepotan untuk sekadar memenuhi standar stadion yang layak. Di Kabupaten Sidenreng Rappang, ada sebuah stadion bernama stadion Ganggawa yang terletak di Pangkajene(ibukota Sidrap), tapi bisa dibilang standarnya jauh dari stadion yang layak untuk dipergunakan di level teratas kompetisi. Tidak cukup dengan memoles, stadion ini harus dirombak total jika ingin memenuhi standar stadion yang layak, tapi lagi-lagi dengan kekuatan dan relasi bisnis sang pemilik, membuat stadion ini sesuai standar bukan yang mustahil bahkan bisa melampaui Stadion Barombong (stadion yang saat ini sedang dikerjakan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan rencananya akan dijadikan markas baru PSM pengganti stadion Andi Mattalatta yang sudah lapuk dimakan usia).
Akses jalan menuju kabupaten di utara Kota Makassar ini juga bisa dibilang jadi faktor pendukung Sidrap United kedepannya, 5-6 tahun belakangan pemerintah provinsi rutin memperbaiki jalanan trans Sulawesi ini, hasilnya jika dulu perjalanan dari Kota Makassar ke kabupaten penghasil beras ini biasanya ditempuh kurang lebih 5 sampai 6 jam, sekarang sudah bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 3,5 sampai 4 jam saja. Dengan jarak tempuh yang singkat itu semakin memudahkan klub ini jika nantinya bisa berpartisipasi di level teratas kompetisi sepakbola Indonesia.
Dengan beberapa saran yang disebutkan diatas, jalan klub ini menjadi “teman” PSM Makassar di kompetisi level teratas punya peluang cukup besar dan bisa saja menjadi “cambuk” bagi klub lain di Sulawesi Selatan untuk berlomba-lomba menaiki tangga menuju level teratas sepakbola Indonesia. Ewako Sulsel!