Setelah sempat vakum beberapa tahun terakhir, Kejuaraan Habibie Cup edisi ke-XXI kembali bergulir. Tidak berbeda dari edisi sebelumnya, kejuaraan kali ini kembali dihelat di kota kelahiran Sang Presiden Ke-3, B. J. Habibie, yakni Kota Parepare. Sebuah kota kecil 155 kilometer dari Kota Makassar. Habibie Cup kali ini melibatkan 12 tim dari pulau Sulawesi dengan rincian 9 tim dari Sulawesi Selatan dan 3 tim dari luar Sulsel. Mereka pun akan beradu untuk memperebutkan hadiah trofi dan ratusan juta rupiah.работни обувки fw34 steelite lusum s1p 38
normamascellani.it
covorase man
bayern münchen spieler
karl sneakers
addobbi fai da te matrimonio
prestonstadler.com
spoločenské šaty pre moletky
fingateau.com
lifeonthevineministries.com
Layaknya pelaksanaan sebelumnya, Habibie Cup merupakan salah satu kompetisi regional yang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Ribuan pecinta sepakbola Indonesia di Sulawesi Selatan yang selama ini menikmati sepakbola sebatas layar kaca, kali ini akan menyaksikan langsung para aktor lapangan hijau di stadion. Dan melalui Habibie Cup ini, mereka kini punya alasan untuk menyalurkan dukungan mereka kepada tim kebanggaan mereka. Telebih, kejuaraan ini hadir dalam kemasan yang amat glamor. Mengapa?
Puluhan pemain top Indonesia akan ambil bagian dalam turnamen ini. Mulai dari pemain senior macam Ponaryo Astaman, Firman Utina, Hamka Hamzah, hingga bintang muda sebangsa Evan Dimas dan Maldini Pali akan datang dan bermain untuk menghibur para penikmat sepakbola di Parepare. Persiapan tim-tim seperti Sidrap United, Gasma Enrekang, dan tuan rumah, Persipare Parepare tidak main-main. Mereka rela menggelontorkan dana demi mengontrak pemain-pemain nasional tersebut. Bio Paulin, Reski Pellu, Asri Akbar, Titus Bonay, dan Zulham Zamrun diikat oleh tim tuan rumah. Gasma enrekang tak kalah menterengnya. Mereka berhasil meminjam O.K. Jhon, Ferdinand Sinaga dan Osas Saha. Sementara Sidrap United hadir dengan tim bertabur bintang pun. Nama-nama seperti Firman Utina, Boas Salossa, Patrich Wanggai, dan Bayu Gatra direkrut untuk memperkuat skuad mereka. Sedangkan beberapa tim lainnya seperti Persibo Bone, Persiban Bantaeng dan Perssin Sinjai pun turut meminjam pemain-pemain nasional.
Stadion Gelora Mandiri yang bertindak sebagai venue pertandingan dibenahi sebaik mungkin untuk mengakomodir para penonton dan suporter. Pun halnya dengan kesiapan lapangan yang sejak jauh-jauh bulan didandani sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria standar stadoin nasonal. Gelora Mandiri pun dibuat siap menyongong kick off pertama pada 28 Oktober silam yang mempertemukan tuan rumah Persipare Parepare dan tim Perssin Sinjai.
Sistem pembagian pol diterapkan di awal kompetisi dengan detail 4 grup dengan masing-masing diisi oleh 3 tim. Kemudian setiap 2 tim terbaik dari tiap grup akan melaju ke babak 8 besar dan memasuki fase knock out.
Melihat pola kekuatan tim-tim yang berpartisipasi, mulai dari komposisi pemain dan pelatih, tidak heran 4 tim terbaik yang digadang-gadang sejak awal akan bersaing ketat untuk memperebutkan gelar juara, memenuhi kuota 4 besar di babak semifinal. Mereka adalah Persipare Parepare, PSM Makassar, Gasma Enrekang, dan Sidrap United. Keempat tim yang telah menjadi primadona sejak babak penyisihan dan 8 besar berhasil menghibur dan mempersembahkan tontonan yang super menarik. Cukup menarik sehingga begitu besar animo masyarakat, tidak hanya dari Parepare, namun juga dari Sidrap, Barru, Enrekang, Makassar, hingga Bone. Tingginya hasrat untuk menyaksikan tim kebanggan mereka bermain inilah yang kemudian menjadi faktor vital berjalannya kejuaraan ini dengan penuh warna.
Di tengah carut-marut persepakbolaan di negeri ini, dimana pembekuan birokrasi persepakbolaan Indonesia oleh FIFA yang akhirnya berujung pada pemberhentian kompetisi. Dengan analogi efek domino, peristiwa ini tentu saja berimplikasi ke setiap elemen persepakbolaan Indonesia. Mulai dari pemain,pelatih, staff, tukang bersih stadion, calo tiket, tukang jersey hingga para penikmat setia sepakbola semua merasa dirugikan akan hal ini. Dan dengan adanya kompetisi independen seperti ini, oleh para penikmat sepakbola khususnya di Sulawesi Selatan, bak oase di gurun kering. Pelepas dahaga. Pemutus rindu.
Sebagai bukti, tidak sedikit masyarakat yang berasal dari luar daerah berbondong-bondong menuju venue pertandingan sejak pagi hari. Contohnya, puluhan suporter Sidrap United yang telah berada di stadion sejak pukul 10 pagi, sementara pertandingan semifinal hari itu (Sidrap United vs PSM Makassar) dihelat pukul 4 sore. Dan lebih spesial lagi, bukan cuma laki-laki, ibu-ibu yang membawa anaknya juga turut dalam rombongan, mereka rela menempuh perjalanan darat yang melelahkan untuk hadir menyaksikan pemain idola mereka bermain untuk tim lokal mereka.
Klimaks dari kejuaraan ini hadir bertepatan hari pahlawan kemarin. 10 November 2015, dua tim terbaik akan pentas di partai final. Persipare akan beradu dengan tetangga dekat mereka, Sidrap United (SU). Sebuah pertunjukan penutup yang sungguh elegan karena pertandingan ini layaknya perang bintang pemain-pemain nasional Indonesia. Tak heran, stadion saat itu penuh sesak. Dan melalui drama adu penalti, tuan rumah Persipare Parepare berhasil mengklaim gelar juara ke-11 kali mereka di turnamen ini melalui aksi gemilang kiper nasional, Kurnia Meiga setelah menggagalkan 3 tendangan penalti pemain SU.
Patrich Wanggai (Sidrap United) keluar sebagai top skor bersama Zulham Zamrun (Persipare) dengan masing-masing 3 gol. Pada Habibie Cup kali ini, implikasi dari penggunaan pemain-pemain bintang nasional oleh beberapa tim kontestan juga berefek pada jumlah gol yang tercipta. Dari 19 pertandingan, kita berhasil disuguhi 40 gol yang tercipta, dengan rataan 2,11 gol per pertandingan.
Keberhasilan pelaksanaan turnamen ini tergambar jelas melalui euforia masyarakat Sulawesi Selatan dalam menyambut pagelaran ini. Setidaknya untuk sementara waktu. Walau menyisakan banyak catatan, secara garis besar, turnamen ini berjalan dengan baik. Keterlibatan semua elemen yang menyatu menjadi satu harmoni menyiratkan sesuatu yang sangat positif. Bahwa sepakbola kita akan baik-baik saja.
Semoga.